Wednesday, April 16, 2008

Soal Jam Kerja

Menyulap Jam Kerja Mungkinkah?
Hanya Wanita Newsletter 2008

Dalam sebuah artikel di Capital Times, Mike Ivey, seorang pakar karir, menulis bahwa dalam 25 tahun terakhir, warga Amerika menambah 200 jam kerja ke dalam jadwal kerja rutin mereka setiap tahunnya. Itu setara dengan menambah lima minggu setiap tahunnya. Walah!

Tapi dengan makin banyaknya pekerja yang mesti berjuang menyeimbangkan antara karir, keluarga dan kehidupan sosialnya, tampaknya bekerja seperti itu tak relevan lagi. Kita tentunya juga tak ingin 'diperbudak' pekerjaan yang seakan tiada habisnya.

Agar lebih bisa bebas bernapas lega di luar kerja kantoran, kita harus pintar-pintar mengelola diri, apa yang harus dilakukan di kantor, apa yang di rumah. Tujuannya tak lain agar bisa menikmati hidup.

Ada kiat untuk itu. Mau tahu? Mari kita kupas:

1. Sangat penting menemukan perusahaan yang mendukung karyawannya memiliki kehidupan di luar kantor.
Sejumlah perusahaan belakangan ini banyak yang membuat terobosan penyeimbangan kehidupan pribadi dan di tempat kerja bagi karyawan. Jika Anda tengah berburu kerja, bacalah buku-buku referensi yang mengulas perusahaan yang sedikit 'agak membebaskan' waktu kerja bagi karyawan. Jika agak sulit, jangan ragu berburu melalui website. Biasanya di situs resmi perusahaan juga dicantumkan budaya kerjanya. Serta memberi kesempatan kepada karyawan potensial untuk berkarya tapi tak tergantung waktu lama di kantor.

2. Jika Anda sudah bekerja, bicaralah kepada pemberi kerja mengenai pengaturan waktu yang lebih fleksibel.
Kisarannya bisa waktu yang fleksibel hingga berbagi kerja. Pastikan, ide Anda itu layak dijalankan dan butuh pertimbangan serius dari manajemen. Mungkin Anda bisa juga mengatur jadwal kerja paruh waktu,

bekerja dari rumah datang dan pulang lebih awal, atau kerja esktra dalam empat hari, sehingga waktu buat keluarga jadi lebih panjang.

3. Tak selamanya orang setuju dengan pendapat Anda.
Ada yang lebih suka bekerja lima hari seminggu dengan jam kerja yang teratur. Menghadapi orang seperti ini, Anda harus pasang strategi. Intinya anda harus membuktikan mampu mengelola waktu lebih baik lagi. Tolak saja undangan yang tidak penting.

4. Jika tujuan tercapai, jangan lupakan komitmen yang sudah dibuat.
Sisihkan waktu buat keluarga, anak dan juga pasangan, bahkan teman-teman dan tentu saja--diri sendiri. Atur jadwal rutin, Senin malam jadwal hangout bareng teman, Selasa malam pergi bareng suami sekadar makan, Rabu malam menemani si kecil main game, Kamis saatnya anda menyenangkan diri sendiri.

Waktu sendiri bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, ke salon atau sekadar menyalurkan hobi lama, mengunjungi taman bacaan.

Intinya adalah, pastikan semua terorganisasi.
Pastikan jadwal acara keluarga/pribadi tak bertabrakan dengan kepentingan bisnis kantor. Gunakan kalender yang ditandai agar Anda bisa menjalankan semuanya secara terencana.

Bagaimana kalau suatu ketika ada yang lolos dari rencana itu? Jangan panik. Anda 'kan bukan superwoman? Jika pulang kantor telat, minta adik atau suami menjemput anak. Jangan ragu minta pertolongan yang lain di saat membutuhkan. Sebab, gengsi tak ada gunanya, apalagi kalau fungsinya hanya sekadar memuaskan ego Anda!

Salam,

No comments: